Minggu, 28 Februari 2016

Air Terjun Bissappu

By Ahmad Suhendra

Air terjun Bissappu (5°30'43.79"S dan 119°54'44.67"E) , terletak di desa Bonto Salluang, Kec.Bissappu. Potensi yang bisa dikembangkan disekitar kawasan ini, selain obyek wisata adalah pertanian, perikanan dan pembangkit listrik tenaga mini/mikro hidro (PLTMH). Dari kota Bantaeng perjalanan dapat ditempuh sekitar 15-20 menit (+ 5 km) melalui jalan yang berkelok dengan udara sejuk dan pemandangan yang indah di kiri kanan jalan. Setibanya disana anda akan melewati gerbang dan loket untuk membeli karcis masuk Rp 2500/orang, suara gemuruh air terjun sudah mulai terdengar dan apabila anda ingin mendekati air terjun, anda harus melewati jalan berupa anak tangga terbuat dari beton selebar + 1 m. Sesampainya di ujung anak tangga terakhir terlihat air terjun Bissappu yang indah, taman dan batu besar untuk beristirahat. Jika anda penasaran dan ingin berada di sekitar air terjun  seperti photo dibawah ini, maka anda harus menjadi seorang pemberani (tidak ada petugas medis dan pemandu), menuju kesana anda harus meniti dan memilih batu batu besar/kecil mengindari batu yang licin (berlumut)  untuk di jadikan alas pijakan di sepanjang lintasan + 50 m , sebaiknya anda jangan berpergian seorang diri biar bisa saling membantu untuk melewati batu batu tersebut. Jerih payah dan keberanian anda akan terbayar sesampainya di bawah air terjun.


Senin, 22 Februari 2016

Sekilas Tentang Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Terletak dibagian selatan provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 395,83 km² atau 39.583 Ha yang dirinci berdasarkan Lahan Sawah mencapai 7.253 Ha (18,32%) dan Lahan Kering mencapai 32.330 Ha. Secara administrasi Kabupaten Bantaeng terdiri atas 8 kecamatan yang terbagi atas 21 kelurahan dan 46 desa. Jumlah penduduk mencapai 170.057 jiwa. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang 21,5 kilometer yang cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput laut.

Kondisi Geografis dan Kependudukan
Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5o21'23"-5o35'26" lintang selatan dan 119o51'42"-120o5'26" bujur timur. Berjarak 125 Km kearah selatan dari Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai 395,83 Km2 dengan jumlah penduduk 170.057 jiwa (2006) dengan rincian Laki-laki sebanyak 82.605 jiwa dan perempuan 87.452 jiwa. Terbagi atas 8 kecamatan serta 46 desa dan 21 kelurahan. Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran tinggi yang meliputi pegunungan Lompobattang. Sedangkan di bagian selatan membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pesisir pantai dan persawahan.

Kabupaten Bantaeng yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan, masih memiliki potensi alam untuk dikembangkan lebih lanjut. Lahan yang dimilikinya ± 39.583 Ha. Di Kabupaten Bantaeng mempunyai hutan produksi terbatas 1.262 Ha dan hutan lindung 2.773 Ha. Secara keseluruhan luas kawasan hutan menurut fungsinya di kabupaten Bantaeng sebesar 6.222 Ha.

Kondisi Tanah

Tanah di Kabupaten Bantaeng banyak mengandung Fosfor (P) dan Kalium (K), disebabkan kondisi tanah dan geologi bantaeng berupa bentang lahan (landform) yang dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dari Gunung Lompobattang sejak ribuan tahun lalu. Landform utama kabupaten Bantaeng adalah landform vulkan, kaki vulkan dan dataran vulkan. Landform alluvium juga terdapat di Kabupaten Bantaeng, disekitar garis pantai, tetapi luasnya lebih sempit. Landform alluvium ini terbentuk dari endapan pantai dan sungai yang bermuara ke laut. Adanya aktifitas vulkanik menyebabkan wilayah kabupaten Bantaeng memiliki komposit geologis umumnya terbentuk dari batuan yang berasosiasi dengan batuan vulkan, misalnya petroklasik, kelompok basal, breksi laharik dan sedikit alluvium. Batuan petroklasik terdapat di bagian Utara dengan luas sekitar 2738 ha di Kecamatan Uluere, 648 ha di kecamatan Tompobulu dan 88 ha di kecamatan Eremerasa. Sesuai dengan landformnya, batuan alluvium terdapat di sekitar garis pantai dengan luas areal hanya sekitar 209 ha

Sabtu, 20 Februari 2016

Pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan "Technopark Bantaeng" sebagai pusat perbenihan

Pendekatan Agroekosistem
Pengembangan sistim usaha pertanian di Technopark Bantaeng (TP Bantaeng) yaitu sebagai pusat perbenihan, disesuaikan dengan zona agroekosistem sehingga memungkinkan keunggulan atau kekhasan sumber daya alam dan kondisi sosial ekonomi setempat menjadi penggerak usaha pertanian. Sumber daya lokal dapat dimanfaatkan secara optimal dan meminimalkan penggunaan input dari luar lokasi .

Pendekatan Usaha Agribisnis
Berbagai kegiatan budidaya pertanian di TP Bantaeng adalah saling terkait / tak terpisahkan antara industri hulu, hilir dan sektor penyedia jasa. Salah satu komponen usaha agribisnis adalah peningkatan produktivitas melalui peningkatan kualitas tanah/lahan (pemupukkan) , kesehatan tanaman (penanganan OPT) dan peningkatan kemampuan pelaksana di lapangan tentang teknik budidaya

Pendekatan Partisipatif
Melibatkan seluruh pelaku pembangunan pertanian di wilayah Kab.Bantaeng termasuk para petani yang dilibatkan sejak awal indentifikasi kondisi dan masalah wilayah. Sedangkan untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi produksi dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan aplikasi teknologi (diseminasi)

Penetapan Prioritas Kegiatan

Prioritas kegiatan TP Bantaeng adalah produksi benih yang optimal dan ekonomis (menguntungkan) sehingga mampu menciptakan peluang bisnis baik pada industri hulu maupun hilir.

FUNGSI TECHNOPARK

Fungsi technopark
  1. Mempercepat inovasi teknologi melalui networking antara industri, perguruan tinggi, dan pusat-pusat penelitian yang ada dan menghasilkan efek sinergi ketika dibangunnya kluster industri.
  2. Sarana pemanfaatan sumber daya manusia dari akademisi dan lain-lain yang secara langsung meningkatkan daya saing global serta sebagai pusat untuk mengembangkan teknologi tinggi dan teknologi khusus (regional).
  3. Memberikan kesempatan untuk memperkuat kerjasama dan persekutuan antara peserta.
  4. Meningkatkan inovasi teknologi industri di daerah melalui dukungan teknologi kepada UKM.
  5. Meningkatkan daya saing perekonomian daerah dan nasional melalui pengembangan industri berbasis teknologi tinggi.
  6. Mendorong aktivasi ekonomi daerah melalui start-up bisnis, mentransformasikan kedalam struktur industri, menarik investor, menciptakan lebih banyak pekerjaan, dan meningkatkan pajak penghasilan (PAD).