Ketahanan pangan tercapai jika semua individu, setiap saat,
mempunyai akses secara fisik dan finansial untuk mendapatkan pangan yang cukup,
aman dan bergizi serta sesuai selera untuk dapat hidup sehat dan aktif (FAO,
1996). Dalam periode pemerintahan
Kabinet Kerja , ketahanan pangan menjadi salah satu program prioritas nasional,
dimana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ditetapkan sebagai salah
satu instansi pelaksananya melalui pembangunan Technopark berbasis pertanian,
peternakan dan perikanan.
Pada tahun 2013, BPPT telah
berhasil mengembangkan strain/varietas
ikan nila yang toleran terhadap perairan payau maupun laut dengan
salinitas > 20 ppt,. Melalui SK
menteri no. 22/KEPMEN-KP/2014 varietas
ikan nila tersebut sudah dapat disebar-luaskan ke masyarakat dan diberi nama
SALINA (Saline Indonesian Tilapia). Ikan nila Salina merupakan nila hibrida
yang warna tubuhnya dominan merah. Ikan nila Salina dapat menjadi salah satu
jenis/varietas ikan andalan untuk mengatasi hambatan pengembangan budidaya dan
peningkatan produksi perikanan di kawasan pertambakan. Melalui proses adaptasi, benih ikan nila
Salina dapat hidup dan tumbuh di lingkungan perairan laut dengan salinitas
sekitar 32 ppt. Peningkatan daya adaptasi ikan nila Salina untuk dapat
dibesarkan di lingkungan laut memberikan peluang untuk pengembangan budidaya
laut di keramba jaring apung, karena benih ikan nila Salina lebih mudah
diproduksi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Walaupun demikian,
diperlukan kajian pada proses adaptasi ikan nila Salina menjadi nila laut
(Marine tilapia) agar sediaan benih nila laut dapat kontinue sepanjang tahun.
Proses pembesaran di KJA laut untuk ikan nila laut juga perlu dikaji karena
perubahan musim akan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan (air) yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap aktivitas budidaya ikan nila (Marine
Tilapia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar dan sarannya
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.