Sabtu, 27 Agustus 2016

Kunjungan kerja anggota DPR RI komisi VII dan Rorenkeu BPPT ke Technopark Bantaeng

Bantaeng 24.08.2016





Kunjungan kerja anggota DPR RI Komisi VII Bp.Mukhtar Tompo bersama rombongan Rorenkeu BPPT ke Technopark Bantaeng  Sulawesi Selatan. Sambutan/jamuan yang bersahabat dan hangat diberikan tuan rumah Kepala Bappeda / Koordinator tim kerja Technopark Bantaeng (Bp.Syamsu Alam) yang mewakili Bupati Kab.Bantaeng yang selalu menemani rombongan meninjau ke beberapa lokasi kegiatan Technopark.

Dalam wawancara dengan tim dari BPPT yaitu Direktur PTPP-BPPT/Penanggung jawab kegiatan Technopark Bantaeng di BPPT , Kepala Rorenkeu BPPT dan Kepala Program Technopark Bantaeng di BPPT. Anggota DPR RI (Bp.Mukhtar Tompo) menyatakan Bahwa apa yang di gaungkan Bp.Jokowi (tentang technopark), ternyata sudah dilakukan di sini dan memang seharusnya pembangunan itu berdasarkan riset. Diharapkan Technopark Bantaeng menjadi contoh dan lokomotif pembangunan di Sulawesi Selatan serta dapat menjadi ikon Nasional.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Pabrik Pupuk SRF, kemudian ke Dusun Bombong Desa Biangkeke Kec. Pa'jukukang untuk melihat 7 (tujuh) varietas padi yaitu IPB 3 S ,IPB 4, Mugibat, Diah Suci, Bestari dan Inpari 23 serta  Mamberamo dan melakukan panen perdana secara seremonial oleh Anggota DPR RI Komisi VII (Bp.Mukhtar Tompo), Direktur PTPP-BPPT (Bp.Arief Arianto), Kepala Bappeda (Bp.Syamsu Alam), Kepala Badan Ketahanan Pangan (Ibu.Rita), Kepala UPTD benih padi (Bp.Herman) dan Kepala Rorenkeu BPPT (Bp.Makmuri) serta Kepala Program Technopark Bantaeng di BPPT (Bp.Sutardjo). Selanjutnya rombongan mengunjungi Balai Benih Ikan di Rappoa yang dipandu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Bp.Dimiati Nongpa) dan ke sentra pengolahan rumput laut untuk mencicipi berbagai macam produk olahan dari rumput laut.

Kunjungan Bp.Hajrial pemulia tanaman padi IPB 3 S dan IPB 4 S serta panen perdana hasil uji preferensi 7 varietas padi di Technopark Bantaeng

Bantaeng 23.08.2016






Salah satu fungsi dari Technopark adalah membangun link dengan perguruan tinggi, dan kunjungan Bp.Hajrial dari IPB sebagai pemulia tanaman (bibit) padi merupakan perwujudan dari fungsi technopark tersebut. Dalam kunjungannya ke Lembang, Bantaeng, Bp.Hajrial mengungkapkan rasa senangnya bertemu para petani dan PPL pertanian tanaman padi dan menjelaskan beberapa keunggulan varietas IPB 3S , kisaran produksi 7.04-10.23 ton/ha GKG dan IPB 4S kisaran produksi 7.02-10.5 ton/ha GKG serta keunggulan lainnya adalah tidak memerlukan banyak air (cukup macak macak saja).

Diserahkannya varietas IPB 3S dan IPB 4S (label kuning)  oleh pemulianya kepada Technopark Bantaeng merupakan berkah tersendiri terutama bagi masyarakat petani padi kabupaten Bantaeng. Dalam kunjungan ini juga dilakukan panen perdana oleh Kepala Bappeda/Koordinator tim kerja Technopark Bantaeng (Bp.Syamsul Alam), Direktur PTPP/Penanggung jawab kegiatan Technopark Bantaeng di BPPT  (Bp.Arief Arianto), Pemulia padi var,IPB 3S/4S (Bp.Hajrial), Kepala Badan Ketahanan Pangan (Ibu.Rita), Kepala Program Technopark Bantaeng di BPPT (Bp.Sutardjo) dan Kepala UPTD benih padi (Bp.Herman). Nantinya benih hasil panen ini masih harus ditanam kembali sebanyak 2 (dua) kali agar benih ini dapat disebar ke petani untuk dijadikan sebagai benih produksi (untuk konsumsi).  Dari 5 kg benih sumber akan dihasilkan benih untuk ditanam sekitar 100 hektar tanaman padi produksi (sekitar 2.000 kg benih sebar).

Sabtu, 13 Agustus 2016

KERAMBA JARING APUNG MARINE TILAPIA (TECHNOPARK BANTAENG-BPPT)



Ketahanan pangan  tercapai jika semua individu, setiap saat, mempunyai akses secara fisik dan finansial untuk mendapatkan pangan yang cukup, aman dan bergizi serta sesuai selera untuk dapat hidup sehat dan aktif (FAO, 1996).  Dalam periode pemerintahan Kabinet Kerja , ketahanan pangan menjadi salah satu program prioritas nasional, dimana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ditetapkan sebagai salah satu instansi pelaksananya melalui pembangunan Technopark berbasis pertanian, peternakan dan perikanan.

Pada tahun 2013, BPPT telah berhasil mengembangkan strain/varietas  ikan nila yang toleran terhadap perairan payau maupun laut dengan salinitas > 20 ppt,.  Melalui SK menteri  no. 22/KEPMEN-KP/2014 varietas ikan nila tersebut sudah dapat disebar-luaskan ke masyarakat dan diberi nama SALINA (Saline Indonesian Tilapia). Ikan nila Salina merupakan nila hibrida yang warna tubuhnya dominan merah. Ikan nila Salina dapat menjadi salah satu jenis/varietas ikan andalan untuk mengatasi hambatan pengembangan budidaya dan peningkatan produksi perikanan di kawasan pertambakan.  Melalui proses adaptasi, benih ikan nila Salina dapat hidup dan tumbuh di lingkungan perairan laut dengan salinitas sekitar 32 ppt. Peningkatan daya adaptasi ikan nila Salina untuk dapat dibesarkan di lingkungan laut memberikan peluang untuk pengembangan budidaya laut di keramba jaring apung, karena benih ikan nila Salina lebih mudah diproduksi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Walaupun demikian, diperlukan kajian pada proses adaptasi ikan nila Salina menjadi nila laut (Marine tilapia) agar sediaan benih nila laut dapat kontinue sepanjang tahun. Proses pembesaran di KJA laut untuk ikan nila laut juga perlu dikaji karena perubahan musim akan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan (air) yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap aktivitas budidaya ikan nila (Marine Tilapia).