Kamis, 24 Maret 2016

Taman Teknologi (Technopark), Proyek atau sekadar Amal

Dalam Nawa Cita di butir yang keenam jelas dibunyikan bahwa ‘Kami akan membangun sejumlah science dan technopark di daerah dengan sarana dan prasarana berteknologi terkini’. Harapan itu ditindaklanjuti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang membangun 100 technopark di kabupaten/kota dan 35 science park di provinsi sebagai upaya meningkatkan produktivitas dalam negeri berbasis nilai tambah

Tetapi jangan sampai Nawa Cita menjadi kabur dan kekhawatiran semakin menumpuk tatkala pembangunan STP ini dianggap sebagai bagian dari charity negara. Akibatnya, setiap infrastruktur yang telah terbangun menjadi mangkrak karena pola pikir based project dalam pelaksanaannya. Siapa pun sampai saat ini boleh memberikan penyebutan idiom STP seperti research park, science park, science centre, technopark, technopolis, incubation centre, innovation cluster, dan sebagainya. Diperlukan kesepahaman mengenai pengertian STP sehingga jelas arah pengembangannya. Tidak mungkin STP dibangun dengan model simsalabim. ‘Dia’ harus dibangun melalui suatu kelembagaan yang jelas, melalui proses yang cukup panjang agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

STP minimal harus memainkan tiga peran utama, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan pemula berbasis teknologi serta menumbuhkan cluster industri atau menarik industri ke dalam kawasan. Diharapkan, ekosistem inovasi benar-benar bisa terwujud dengan aktor utama Quadruple Helix (academic, business, government, and community/ABGC). Jika suatu kawasan tidak memainkan tiga peran utama tersebut diatas dan tidak menciptakan ekosistem inovasi, kawasan itu belum bisa disebut sebagai STP. Di STP diperlukan adanya rencana dan kebijakan jangka panjang pengembangan riset (peta jalan penelitian), penyediaan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan riset, pengembangan, dan bisnis teknologi yang berkelanjutan serta link yang kuat antara Perguruan Tinggi, Industri, dan Pemerintah.

Selasa, 15 Maret 2016

Menumbuhkan Budaya Inovasi (kreatif) Kepada Pengusaha Pemula

Josh Linkner 
  1. SEMANGAT DAN FOKUS.  Setiap penemuan besar, setiap terobosan medis, dan setiap kemajuan umat manusia dimulai dengan semangat. Sebuah semangat untuk perubahan-untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Sebuah semangat untuk berkontribusi-untuk membuat perbedaan. Sebuah semangat untuk menemukan sesuatu yang baru, tetapi semangat saja tidak cukup, harus dibarengi dengan fokus pada tujuan.
  2. TUMBUHKAN KEBERANIAN. Tindakan kreativitas adalah salah satu ekspresi diri. Seorang karyawan yang menjalankan detail kecil  pekerjaan selalu minta persetujuan atasannya akan menjadi cepat mati rasa sebelum menuju proses kreatif. Kuncinya adalah untuk memberikan pesan yang jelas tentang apa hasil yang ingin dicapai atau apa masalah yang ingin dipecahkan. Biarkan mereka melakukan pekerjaan terbaik mereka.
  3. BERIKAN KEBEBASAN. Memberikan kebebasan untuk berkreatifitas,  tanpa rasa takut yang berlebihan untuk  mengambil risiko.  Jadi , katakan apa yang dipikirkan, walaupun itu adalah kontroversial
  4. TIDAK TAKUT GAGAL. Hampir setiap inovasi terobosan dalam sejarah datang setelah tak terhitung jumlahnya kemunduran, kesalahan, dan kegagalan. Inovator besar dan berprestasi tidak selalu lebih pintar atau lebih berbakat. Mereka hanya membuang rasa takut gagal dan terus berusaha. Mereka tidak membiarkan kemunduran atau menghentikan rasa ingin tahu dari imajinasi mereka.
  5. KECIL TIDAK SELALU BURUK.  Perusahaan kecil cenderung lebih penasaran dan gesit. Mereka memiliki keinginan yang kuat  dan tidak takut untuk merangkul perubahan. Sebaliknya, organisasi/perusahaan yang besar sering berupaya untuk melindungi ide-ide sebelumnya bukan untuk membuat yang baru
  6. KERAGAMAN.  Ziba, sebuah perusahaan inovasi-konsultasi papan atas di Portland, memaksimalkan nilai tenaga kerja yang beragam. 120 karyawan perusahaan berasal dari 18 negara yang berbeda dan berbicara 26 bahasa. Menurut Sohrab Vossoughi, Pemimpin dan pendiri perusahaan, bahwa : keanekaragaman genetik melahirkan kreativitas, seperti halnya dengan biologi dan keragaman pemikiran merupakan bahan bakar bagi kreativitas . Pengalaman satu orang bekerja di sebuah perusahaan besar mungkin akan menyatu dengan pengalaman orang lain yang tumbuh di sebuah desa kecil, untuk memunculkan sebuah  ide segar


Josh Linkner adalah pengusaha, kapitalis ventura, profesor, dan penulis di The New York 


Minggu, 13 Maret 2016

Faktor Kritis Yang Menentukan Keberhasilan Sebuah Technopark

  1. KEPEMIMPINAN YANG KUAT. Pemimpin Technopark memiliki visi jauh kedepan, keputusan yang dibuat kuat/bertenaga  dan merupakan pribadi yang berpengaruh di lingkungan pelaku (Aktor dalam Technopark)  yang dapat mengejawantahkan (embodying) antara akademisi , industri, rencana jangka panjang dan manajemen yang baik.
  2. BUDAYA WIRAUSAHA. Tiga Pelaku dalam Technopark yaitu Akademisi, Pengusaha dan Pemerintah (Model inovasi Triple Helix) memiliki perbedaan budaya , sehingga perlu dilakukan perubahan yang mengarah kepada budaya entrepreneurial (Kewirausahaan).
  3. IDENTITAS. Memilki identitas yang jelas,diungkapkan secara simbolis sebagai nama Technopark atau logo  dsb.
  4. RENCANA JANGKA PANJANG. Memiliki manajemen dengan rencana pembangunan ekonomi jangka panjang yang mengacu kepada pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi teknologi sesuai fokus dari Technopark.
  5. REGULATOR.  Komitmen dan dukungan pemerintah (pusat/daerah), membantu perakitan dan pemeliharaan aset inti seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan unsur-unsur utama dari infrastruktur publik . Bantuan politis untuk menyakinkan DPR/DPRD dalam hal pendanaan  terutama pada saat awal pendirian sebuah Technopark yang diharapkan akan berkurang dari waktu ke waktu sampai ke titik di mana masing-masing technopark dapat mandiri secara finansial. Pemerintah juga berperan dalam pemeliharaan fasilitas-fasilitas utama seperti laboratorium dan infrastruktur penunjang.
  6. LINGKUNGAN. Technopark harus menyediakan lingkungan bisnis yang terbaik, termasuk infrastruktur dan layanan dari berbagai jenis fasilitas pendukung, seperti fasilitas parkir ,ruang kantor ,layanan internet , informasi pasar dsb.
  7. NETWORKING. Technopark tidak dapat berkembang sendiri, sehingga perlu terhubung ke organisasi-organisasi luar yang mendukung perkembangannya. Tergantung pada fokus sebuah Technopark dan para stakeholder yang dapat mencakup pemerintah pusat/daerah (regulator), lembaga pendidikan, inkubator, penyedia layanan dan asosiasi perdagangan.
  8. TARGET dan KOHERENITAS. Identifikasi target pasar yang jelas akan membantu penyewa dan administrasi Technopark untuk mengerti permasalahan dan peluang bisnis yang ada. Mampu memilih maupun menolak perusahan yang akan bergabung di Technopark berdasarkan koherenitas (bertalian secara logis) dengan identitas Technopark.
  9. INSENTIF. Adanya insentif bagi para penyewa di Technopark, seperti insentif pajak, keringanan sewa, bantuan pembayaran gaji pegawai bagi perusahaan pemula/Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), insentif R&D, bantuan pemasaran dan manajerial.
  10. PERUSAHAAN MAPAN. Keterlibatan beberapa perusahaan besar yang sudah mapan, baik sebagai sumber pendanaan, bantuan tenaga ahli pemasaran, maupun sebagai sponsor pada acara acara tertentu
  11. HUKUM. Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual baik berupa merek dagang, proses produksi, melalui paten atau cara keamanan lainnya.
  12. KLASTER INDUSTRI. Perusahaan-perusahaan berbeda yang tertarik pada sebuah Technopark dapat dikelompokkan dalam klaster tergantung pada pelanggan yang mereka layani atau solusi teknologi yang mereka sediakan. Sebagai contoh, sebuah klaster Industri perbenihan  jagung bisa melayani kebutuhan benih industri jagung untuk pakan ternak/pangan, jasa konsultasi teknik budidaya dsb.  Perusahaan yang tergabung dalam klaster industri biasanya adalah pemasok khusus, penyedia R & D yang berhubungan secara geografis atau yang memiliki pelanggan yang sama. Koneksi ini membuat ekosistem yang kuat di mana secara kelompok (klaster) tentunya lebih kuat daripada berdiri sendiri.
  13. LAYANAN SATU ATAP. Diperlukan kemudahan administrasi dalam sistim layanan satu atap (one stop service) misalnya: ijin usaha, sertifikasi benih, sertifikasi halal, eko label ,ekspor impor, pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dsb yang disesuaikan dengan fokus Technopark.

Persyaratan Penerbitan Izin Usaha Produksi Benih Tanaman Perkebunan

By bbpptpambon

Baru-baru ini pemerintah di bulan September 2015 melalui Kementerian Pertanian kembali mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian terbaru yang khusus mengatur mengenai produksi, sertifikasi, peredaran dan pengawasan benih tanaman perkebunan yaitu permentan No. 50/permentan/KB.020/9/2015. Dalam peraturan ini untuk tanaman perkebunan yang diproduksi/diedarkan sudah tidak menggunakan istilah benih bina atau benih non bina lagi. Sesuai pasal 5 mengatakan bahwa benih tanaman perkebunan dapat berasal dari benih varietas unggul dan/atau benih unggul lokal. Varietas unggul adalah varietas tanaman perkebunan yang telah dilepas oleh Menteri, sedangkan varietas unggul lokal adalah varietas tanaman pekebunan yang diperoleh dari hasil seleksi populasi varietas lokal  tanaman perkebunan dan diluncurkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri.Baca lebih lanjut...........

Minggu, 06 Maret 2016

Pendekatan Partisipatif Kepada Petani Talas Satoimo

By Ahmad Suhendra

Di Kabupaten Bantaeng, saat ini benih satoimo (talas safira) sebagian besar dipasok dari Balai benih Hortikultura Loka di Desa Bonto Marannu Kecamatan Uluere, berupa talas G0 dan G1 yang merupakan umbi generasi pertama yang dihasilkan dari kultur jaringan. Talas G0 yang di hasilkan melalui beberapa tahap sedangkan waktu yang dibutuhkan dari mulai tanam sampai panen sekitar 6 bulan untuk menghasilkan genotip G1 (generasi pertama). Tingginya permintaan bibit yang berkualitas hasil kultur jaringan genotip G1 masih sulit dipenuhi oleh Balai Benih Hortikultura di Uluere Bantaeng, sehingga petani melakukan pembibitan sendiri lewat umbi yang mereka sisihkan sebagian pada saat panen untuk digunakan kembali pada saat musim tanam tiba. Kendala yang dihadapi petani adalah umur simpan umbi yang relatip pendek dan disaat musim tanam (awal musim hujan) umbi untuk benih yang mereka simpan banyak yang busuk. Video diatas adalah hasil wawancara dengan salah seorang petani talas satoimo dari Ds. Bonto Daeng, yang berharap ada teknologi yang mampu memperpanjang umur simpan umbi untuk benih.


Jumat, 04 Maret 2016

Analisis Rencana Investasi Bagi PPBT di TP Bantaeng

By Ahmad Suhendra

Suatu rencana investasi bagi seorang PPBT (Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi) di Technopark Bantaeng,  perlu di analisis kelayakannya secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarnya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu usaha (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil, atau suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya usaha/bisnis tersebut dilaksanakan. Suatu investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar PPBT tidak terlanjur menanamkan investasi pada usaha yang tidak menguntungkan.

Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit dimasa yang akan datang. Kegiatan produksi ini akan  menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit .

Dalam analisis usaha ada beberapa kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu usulan kegiatan bisnis, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan.  Dalam semua kriteria itu, baik manfaat (benefit) ataupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarang (present value). Beberapa kriteria tersebut adalah diantaranya:
  1. Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)
  2. Periode Nilai Kembali (Payback Periode)
  3. Perbandingan Untung-Biaya (Benefit-Cost Ratio)
  4. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)
  5. Titik Impas (Break Even Point)

Note : Contoh analisis dibawah ini bisa anda unduh dan dimodifikasi ( Penggunaan  dan modifikasi aplikasi ini sepenuhnya adalah tanggung jawab anda)




Kamis, 03 Maret 2016

KUNJUNGAN KEPALA BPPT KE TECHNOPARK BANTAENG

Bantaeng 21 Januari 2016


Kita sudah merasakan manfaat dengan adanya Kerjasama Pemda Bantaeng dengan BPPT, terutama dalam Program TechnoPark khususnya dalam pengembangan benih budidaya pertanian maupun perikanan," ungkap Bupati Kabupaten Bantaeng, Bapak Nurdin Abdullah saat menerima kunjungan Kepala BPPT, Bapak Unggul Priyatno. Selama dua tahun menjalani kerjasama dengan BPPT, kabupaten Bantaeng sudah mendapatkan hasil yang signifikan. Keterbatasan lahan yang dimiliki telah mendorong arah pengembangan Kabupaten Bantaeng menjadi kawasan teknologi benih yang didalamnya mencakup pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih dan pengolahan hasil pertanian. Karenanya, tujuan kunjungan kerja Kepala BPPT ke Bantaeng kali ini adalah untuk merumuskan fokus kegiatan dan langkah-langkah positif untuk mewujudkan Techopark Banateng sebagai pusat perbenihan, seperti yang diharapkan Bapak Bupati agar kawasan Technopark Bantaeng menjadi ikon pusat perbenihan di Indonesia bagian Timur.