Kamis, 29 Desember 2016

TECHNOPARK di Bantaeng, Triple Helix Model (A,B,G) atau Quadruple Helix Model.( A,B,G,C)?


Zona pengembangan komoditas di Technopark Bantaeng

Technopark di Bantaeng sebagai pusat perbenihan adalah contoh unik untuk sebuah pengembangan kawasan technopark  dengan zona terkoneksi dimana kawasan perbenihan berada di beberapa lokasi yang terpisah namun saling terkoneksi. Adapun lokasi/zona produksi benih tersebut mayoritas dimiliki dan di usahakan oleh masyarakat setempat (petani). Disini peran masyarakat sangat berpengaruh terhadap sukses atau tidaknya usaha untuk mewujudkan Technopark Bantaeng sebagai pusat perbenihan di kawasan Indonesia bagian Timur.  Dalam tataran ini   Triple Helix Model (A,B,G) dianggap kurang  karena ada satu elemen yang belum terwakili , yakni keterlibatan aktif masyarakat atau komunitas. Model ini juga memperlihatkan bahwa masyarakat lebih sebagai objek dari hasil inovasi. Padahal, masyarakat juga dapat memiliki kemampuan sebagai subjek atau penghasil atau pemberi ide/pengetahuan/teknologi dalam sebuah sistem inovasi sehingga Quadruple Helix Model. A,B,G,C dianggap lebih baik.

Senin, 19 Desember 2016

PHOTO KEGIATAN SEREMONIAL MONEV 8-12-2016 TECHNOPARK DI BANTAENG

  1. Rapat Monitoring dan Evaluasi Capaian Kinerja Technopark tahun 2016, dilaksankan di Kantor Bupati  ( Ruang  Pola ) Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan
  2. Penyerahan secara simbolis kunci kantor sementara Teknopark dari ibu ketua Penggerak PKK kepada  Kepala BAPPEDA  merangkap Kepala Koordinator Pembangunan Technopark di Kab.Bantaeng
  3. Penyerahan hasil kaji terap teknologi pengolahan hasil (pasca panen) dan Desain Kemasan Produk Olahan Ikan kepada 10 UKM binaan Dinas Perikanan Kabupaten Bantaeng oleh Ibu Bupati Kabupaten Bantaeng sebagai Ketua Penggerak PKK
  4. Launching dan penyerahan Logo dan Website Bantaeng Technopark oleh DR.Iwan Sudrajat Direktur PTKS-BPPT kepada Ibu Qolby Kepala Pelaksana Tugas Technopark 
  5. Penyerahan bibit jagung BR-4 dan piagam technopreneur Technopark di Bantaeng 2016 kepada koperasi produsen benih tanaman pangan “Eremattika” oleh Ir. Sutardjo, MSi Kepala Program 
  6. Penyerahan benih ikan nila yang ke-500.000 kepada petani pembesaran oleh  Ir.Arief Arianto MSc, Direktur PTPP-BPPT 


Sabtu, 10 Desember 2016

CAPAIAN KINERJA BANTAENG TECHNOPARK 2016


Hingga akhir Nopember 2016, Bantaeng Technopark dengan cita citanya untuk menjadi pusat benih kawasan Indonesia Timur tahun 2019,  secara konsisnten terus melakukan inovasi dalam mewujudkan cita cita tersebut. Membangun Link dengan pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang,Pengusaha dan Calon Pengusaha. 

Kegiatan pada tahun 2016 ini sebagian besar masih bertumpu pada  penguatan UPTD yang ada di Kab.Bantaeng, khususnya perbenihan tanaman pangan, hortikultura, perikanaan dan peternakkan. UPTD adalah salah satu alat kelengkapan/mitra technopark , mengingat technopark yg di kembangkan ini mempunyai kekhasan tersendiri yaitu tidak terpusat pada satu kawasan, akan tetapi tersebar mengikuti 3 (tiga) zona budidaya (atas, tengah dan bawah) yang memiliki Agroklimat  berbeda-beda, sehingga benih yg akan di kembangkan memiliki kesesuaian dengan zona yang ada.



Rabu, 30 November 2016

MENGAPA E COMMERCE ANDA TIDAK SUKSES



Tahun 2014, adalah tahun yang dimana situs jual/beli online (e-commerce) tersebar dimana-mana. memasarkan produk mereka ke internet, dengan tujuan agar dagangannya laris manis. e-commerce pada dasarnya memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu atau kelompok dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (business to business) dan konsumen langsung (business to consumer) melewati kendala ruang dan waktu. Secara konseptual arsitektur teknologi informasi yang dipergunakan dalam e commerce dapat dibagi menjadi dua sistem besar, yaitu front office system (FOS) dan back office system (BOS). Pada dasarnya, situs atau website merupakan user interface dari FOS karena sifatnya yang menghubungkan konsumen dengan perusahaan. Sehingga seringkali perusahaan mengalokasikan sebagian besar sumber daya-nya untuk membangun sistem ini agar tampak bagus dan menarik di mata konsumen, akan tetapi  kebanyakan perusahaan lupa untuk membangun sistem administratifnya atau BOS, yang sebenarnya merupakan aktivitas penting penunjang transaksi bisnis yang ada. Contoh: bagaimana jika pembeli kecewa karena barang yg dipajang di situs web ternyata habis? atau barang yg diterima tidak sesuai dengan yg di iklankan? dst.

Selasa, 22 November 2016

PENDAMPINGAN TEKNIS PRODUKSI BIBIT TALAS DAN KENTANG


Kegiatan perbanyakan satoimo dilokasi tenant/ PPBT melalui teknik ex vitro masih terus berlanjut hingga saat ini dan sedang memperbanyak tanaman untuk pemenuhan target bibit dan keperluan pengujian. Rata-rata produksi bibit ex vitro dapat dilakukan dalam waktu lebih singkat yaitu 2-3 bulan. Kelebihan produksi tanaman dengan metode ex vitro adalah dapat dilakukan perbanyakan tanaman dalam jumlah besar dengan bahan (indukan) yang terbatas.

Begitu pula perlambatan dormasi umbi bibit satoimo juga dilakukan untuk tujuan menjaga ketersediaan umbi bibit di tingkat produsen maupun petani dengan cara memperlama masa dormansi umbi dari yang umumnya hanya 2-3 bulan menjadi 3-4 bulan. Dengan terhambatnya masa dormansi ini akan menyebabkan umbi dapat ditersedia pada saat dibutuhkan untuk ditanam. Hal ini diharapkan petani akan selalu bisa mendapatkan umbi tanpa khawatir akan bertunas terlebih dahulu dalam tempat penyimpanan.

Penguatan SDM melalui konsultasi teknis  dan pendampingan bagi petugas laboratorium  di dalam memproduksi benih kentang bebas virus dalam kultur in vitro telah dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan, Dinas Pertanian dan Peternakan yang berada di Loka, Kec. Uluere, Kab. Bantaeng. Sampai dengan saat ini telah dilakukan aplikasi metode sterilisasi umbi serta modifikasi media perbanyakan plantlet kentang

Rabu, 16 November 2016

BPPT TERAPKAN E-BENIH DI TEKNOPARK BANTAENG


Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian – BPPT Arief Arianto, menyampaikan bahwa program aplikasi e-Commerce yang dikembangkan BPPT untuk Teknopark Bantaeng memiliki keunikan. Program aplikasi tersebut khusus dikembangkan untuk mendukung industri perbenihan, sehingga dinamakan e-Benih. Program aplikasi e-Benih ini, diharapkan selain membantu meningkatkan efekktifitas dan efisiensi pemasaran dan penjualan produk-produk yang dihasilkan tenant-tenant Teknopark Bantaeng, juga berfungsi membantu menginformasikan ketersediaan benih, meningkatkan jaminan dan keaslian mutu benih serta memperbaiki tranparansi dalam bertransaksi

Selasa, 15 November 2016

KOORDINASI TROIKA, DIREKTUR PTPP-TAB DENGAN DINAS TERKAIT TENTANG KEGIATAN DI TEKNOPARK BANTAENG


Gambar-1
Pertemuan dengan dinas Koperasi dan UMKM (Ibu Meyriayi) tentang bentuk  legal hukum Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)  yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Kabupaten Bantaeng. Dengan memperhatikan SDM Masyarakat di Kab.Bantaeng yang sebagian besar masih memiliki pola pikir sebagai petani, sehingga untuk mengubah menjadi pola pikir pengusaha diperlukan waktu untuk membentuknya, Adapun bentuk usaha yang di harapkan cocok dengan kondisi ini adalah : Koperasi, UD (Usaha Dagang) atau CV (Commanditaire Vennootschaap), kedepan  bila pola pikir pengusaha/ wirausaha dan pengetahuan tentang tata kelola perusahaan yang baik sudah menjadi budaya  maka bentuk  PT (Perseroan Terbatas) dapat diwujudkan juga.

Gambar-2
Pertemuan dengan Ibu Qolbi dan Bp.Budi Taufiq membicarakan tentang sharing dana dari pihak Pemerintah Daerah Kab.Bantaeng pada kegiatan Teknopark Bantaeng yang di motori oleh PTPP-TAB Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi agar lebih terarah dan tepat sasaran sesuai dengan misi dan visi Teknopark Bantaeng

Gambar-3
Pertemuan dengan Dinas Perindustrian,Pertambangan dan Energi membicarakan tentang kelanjutan kegiatan kebutuhan dasar (PLTMH), Rencana Bisnis pupuk SRF dan instalasi peralatan produksi pupuk hayati organik

PELATIHAN TEKNOLOGI PERBANYAKAN Trichoderma spp UNTUK PRODUKSI BENIH DI TEKNOPARK BANTAENG


Pelatihan teknologi perbanyakan Trichoderma spp. dilaksanakan pada tanggal 15 November 2016 di UPTD Balai Benih Daerah Tanaman Pangan (PUTD BBDTP), Kabupaten Bantaeng. Tujuan dari pelatihan ini adalah memperkenalkan teknologi yang mudah dan murah untuk perbanyakan cendawan Trichoderma spp. Trichoderma spp. merupakan cendawan yang hidup di dalam tanah dan berpotensi dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit tanaman. Potensi lain Trichoderma spp. adalah menstimulasi pertumbuhan tanaman. Keuntungan penggunaan Trichoderma spp adalah mudah diperbanyak dengan bahan pembawa yang di sekitar petani. 

Pelatihan ini dibuka oleh Kepala UPTD BBDTP, Muhammad Herman Nur, yang berharap agar pelatihan ini bisa menambah pengetahuan calon PPBT di Teknopark Bantaeng untuk menjadi produsen benih berbasis teknologi. Dwi Pangensti H, SP, MSi dalam sambutannya sebagai koordinator kegiatan produksi benih unggul program Pengembangan Kawasan Teknopark Bantaeng BPPT mengatakan bahwa pelatihan ini diadakan untuk mendukung calon PPBT produsen benih dalam rangka menghasilkan benih yang bermutu dan berkualitas. Pelatihan ini dihadiri oleh 30 peserta yang terdiri dari penyuluh lapangan, petani calon PPBT dan teknisi UPTD BBDTP.


Pelatihan ini diawali presentasi mengenai teknologi perbanyakan Trichoderma spp. oleh Winda Nawfetrias, SP, MSi dari PTPP-BBPT yang menjelaskan pengetahuan umum mengenai Trichoderma spp., teknologi perbanyakan Trichoderma spp. menggunakan bahan pembawa beras dan menayangkan video perbanyakanTrichoderma spp. dengan teknik yang mudah. Peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk praktek perbanyakan Trichoderma spp. yang dipandu oleh Eka Nurhangga, SSi. Pelatihan ini ditutup oleh Direktur PTPP-BPPT, Ir. Arief Arianto, MSc, yang berharap pelatihan ini dapat menjadi teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan oleh calon PPBT produsen benih.         

Jumat, 11 November 2016

DISKUSI DENGAN PAK ANDI KRISTIANTO MENGENAI PEMBIBITAN SATOIMO

Dari kiri kekanan:  Ibu Dwi,Ibu Winda dan Bapak Andi

Serpong 8/11/2016
Dibawah ini adalah diskusi/percakapan antara perekayasa PTPP-BPPT (Ibu Winda) dengan pelaku bisnis satoimo PT.AGROLAWU (Bp.Andi Kristianto). Tujuannya adalah diskusi untuk menjembatani apa yang diperlukan pasar (pelaku bisnis) dan apa yang akan/sedang dilakukan oleh perekayasa/peneliti, agar arah pendampingan teknologi yang diberikan kepada calon technopreneur tepat guna/sasaran dalam memenuhi kebutuhan pasar bibit satoimo.

Tanya (Ibu Winda) : Jenis umbi seperti apa yang dapat digunakan sebagai bibit satoimo yang baik ?

Jawab (Bp.Andi Kristianto) : Jenis umbi satoimo yang baik untuk digunakan sebagai bibit sebaik nya :
Umbi dipanen saat sudah masak fisiologis sempurna yang ditandai dengan keringnya/matinya tanaman utama, kemudian muncul tunas-tunas baru di umbi
Umbi yang paling baik digunakan sebagai bibit adalah umbi anak
Ukuran umbi tidak mempengaruhi produksi umbi artinya tidak diperlukan grading umbi untuk umbi bibit

Tanya (Ibu Dwi) : Teknik perbanyakan umbi bibit seperti apa yang baik dan menguntungkan?
Jawab (Bp.Andi Kristianto) : Beberapa macam perbanyakan umbi bibit satoimo sebagai berikut :
Perbanyakan melalui kultur jaringan
Perbanyakan melalui kultur jaringan telah dilakukan oleh Pak Andi dan BIOTROP dengan teknik somatic embryogenesis dan teknik perbanyakan mata tunas, namun tidak menguntungkan secara bisnis karena membutuhkan waktu lama sekitar 18 – 20 bulan (umbi yang berasal dari planlet kecil-kecil jadi dibutuhkan tahap aklimatisasi untuk memperbesar umbi seperti pada perbanyakan kentang), keragaman produksi umbi tinggi, banyak kegagalan dan harga planlet mahal. Perbanyakan melalui kultur jaringan sesuai diterapkan khusus untuk petani yang berminat menjadi petani penghasil umbi bibit dan bukan petani umbi konsumsi.  
Perbanyakan melalui pembelahan umbi
Perbanyakan melalui pembelahan umbi telah dilakukan pula oleh Pak Andi, namun kurang menguntungkan secara bisnis karena membutuhkan biaya lebih. Pembelahan umbi dapat dilakukan bila umbi sudah tua.
Perbanyakan melalui umbi
Perbanyakan menggunakan umbi merupakan perbanyakan yang paling efektif dan menguntungkan secara bisnis.

Tanya (Ibu Winda ) : Teknik  pembibitan seperti apa yang terbaik untuk satoimo?
Jawab (Bp.Andi Kristianto) : Pembibitan satoimo harus dilaksanakan oleh divisi khusus pembibitan dan tidak tercampur dengan bagian yang menangani umbi konsumsi. Apabila kebun bibit berada di dataran rendah maka umbi dipanen pada saat tanaman berumur 6 – 6.5 bulan, sedangkan kebun bibit berada di dataran tinggi maka dipanen pada saat tanaman berumur 7 bulan. Teknik budidaya umbi untuk bibit dan umbi untuk konsumsi tidak berbeda, yang membedakan adalah umur panen, perlakuan panen dan pasca panen.

Tanya (Ibu Winda ) : Bibit yang seperti apa yang diinginkan pasar?
Jawab (Bp.Andi Kristianto) : Pengusaha umbi konsumsi satoimo biasanya akan menanyakan asal bibit satoimo, sehingga perlu dijaga kemurnian dan kualitas umbi bibit satoimo. Ketidakmurnian umbi mungkin terjadi karena adanya mutasi gen atau karena pengaruh lokasi penanaman, sebab yang pasti belum diketahui oleh Pak Andi. Ukuran umbi bibit tidak mempengaruhi jumlah umbi yang diproduksi sehingga grading berdasarkan ukuran tidak diperlukan.      

Tanya (Ibu Dwi ) : Saran Pak Andi untuk pembibitan satoimo di Bantaeng?
Jawab (Bp.Andi Kristianto) : Pengaturan pola tanam diperlukan untuk produksi bibit satoimo di Bantaeng, mengingat penanaman satoimo di Bantaeng biasanya hanya satu kali? Perlambatan dormansi diperlukan jika produksi bibit sudah berlebih namun saat ini permintaan umbi konsumsi satoimo yang tinggi dari Jepang menyebabkan permintaan bibit satoimo juga tinggi sehingga Pak Andi tidak tidak pernah menyimpan umbi bibit terlalu lama. Pelapisan umbi perlu dipertimbangkan perhitungan ekonominya mengingat permukaan satoimo cukup luas dibandingkan benih yang lain. Yang perlu dipertimbangkan saat melaksanakan penelitian adalah tujuan penelitian apa? Bagaimana pasar bibit satoimo untuk petani di Bantaeng? Bagaimana perilaku pasar? seberapa luas kebun yang akan digunakan sebagai kebun produksi bibit? Bagaimana permintaan pasar terhadap bibit satoimo? 

BANGUN PERBENIHAN DI BANTAENG, TECHNOPARK BPPT TEMPA 60 PRODUSEN BENIH PADI DAN JAGUNG HIBRIDA


Bantaeng, 27/10/2016 - Dalam rangka melaksanakan program Technopark Bantaeng tahun 2016, Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) BPPT bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Bantaeng menyelenggarakan pelatihan bagi 30 orang produsen benih padi dan 30 orang produsen benih jagung hibrida di Gedung PGRI, Kab. Bantaeng.

Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 25-26 Oktober 2016 ini dibuka oleh Wakil Bupati Kab. Bantaeng Drs. HM. Yasin, MT, didampingi oleh Kelapa Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Bantaeng Ir. M. Zainuddin, MSi. Hadir pula Kepala Technopark BPPT untuk Bantaeng Ir. Sutardjo, MSi dan insinyur kepala (Chief Engineer) Ir. Ahmad Suhendra.

Dalam sambutannya Wakil Bupati Bantaeng menekankan perlunya petani mengadopsi teknologi yang terus berkembang. "Teknologi terus berkembang tanpa dapat dihentikan, sehingga menjadi mutlak untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut, demikian pula pada teknologi pertanian. Penguatan SDM dalam aplikasi teknologi perbenihan padi dan jagung hibrida diperlukan untuk mendukung berjalannya Technopark Bantaeng yang sedang kita bangun bersama" ujarnya dalam sambutan. Pelatihan ini dibuka dengan penyerahan baju dan topi pelatihan kepada peserta secara simbolis oleh Wakil Bupati Bantaeng.

Sementara itu Kepala Program Technopark BPPT untuk Bantaeng, Ir. Sutardjo, MSi menyatakan bahwa BPPT memiliki target terwujudnya pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT) dalam program Technopark Bantaeng. Pelatihan ini merupakan salah satu tahapan yang harus ditempuh untuk dapat membekali produsen benih manjadi calon-calon PPBT yang akan terlibat dalam Technopark Bantaeng nantinya.

"Sekarang janganlah bermental petani, marilah memiliki mental petani yang juga pengusaha. Karena kesejahteraan dapat meningkat jika kita menjadi pengusaha sehingga pembekalan SDM produsen benih ini perlu untuk kita semua. Bahkan untuk mendukung penguatan SDM Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Bantaeng bekerjasama dengan BPPT dan IPB membentuk program studi D1 Teknologi Benih di Bantaeng, yang rencananya perkuliahan perdana akan dilaksanakan pada pertengahan November 2016" ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan -Ir. M. zainuddin, MP- dengan penuh semangat di hadapan semua peserta.

Dalam kesempatan pelatihan ini juga disampaikan peran Technopark Bantaeng oleh Ir. Ahmad Suhendra selaku Chief Engineer. "Technopark Bantaeng berperan untuk menjembatani antara pemerintah/masyarakat, perguruan tinggi/peneliti serta swasta. Pada proses pemasaran benih akan digunakan teknologi e-commerce untuk memudahkan transaksi" imbuhnya

Pelatihan yang digelar selama 2 hari penuh ini menghadirkan 10 pemateri yang berasal dari BPSB, Balitsereal, BPTP, Universitas Hasanuddin serta UPTD BBD Kab. Bantaeng. Kegiatan pelatihan dilakukan secara indoor untuk penyampaian materi serta outdoor untuk praktek lapang meliputi produksi, prosesing, pengelolaan, pengemasan, penyimpanan dan pemasaran benih padi dan jagung hibrida.

Selaku ketua pelaksana, Dwi Pangesti Handayani SP, MSi menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan produsen benih padi dan jagung hibrida merupakan bagian dari program pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng bidang perbenihan. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi langkah awal yang tepat untuk memberikan bekal ilmu dan motivasi bagi produsen benih di Bantaeng.

Salah satu pembicara dalam materi pengelolaan benih padi, Ir. Arafah, MS menyatakan "Sulawesi Selatan merupakan lumbung padi terbesar setelah pulau Jawa. Dengan luas lahan sawah sebanyak 587.328 ha, setidaknya dibutuhkan benih padi sebanyak 12 ribu ton untuk Sulawesi Selatan saja. Sehingga menjadi peluang yang sangat baik untuk bagi produsen benih padi di Bantaeng serius mengelola permintaan benih tersebut."

Bergabung pula pada sesi akhir kegiatan ini lima orang penyuluh Badan  Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kab. Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. "Saya sangat puas dengan pelatihan ini meskipun hanya dapat mengikuti praktek prosesing dan materi penyimpanan benih. Dapat mengisi kembali ilmu kami. Motivasi dari para pembicara membangkitkan semangat kami untuk memberikan hal yang serupa bagi daerah kami" ungkap Fransiskus Basim Buhari sebagai ketua rombongan.

Dalam kesempatan ini juga disampaikan inovasi teknologi dari BPPT untuk Technopark Bantaeng oleh Dwi Pangesti Handayani, SP, MSi dan Winda Nawfetrias SP, MSi yaitu jagung hibrida BR-2 dan BR-4, biopestisida Tricho-Best dan BB-Best serta metode penghitungan kebutuhan pupuk Fertilizer Rate Calculator.

Salah satu peserta pelatihan produksi benih jagung hibrida Kadir dari desa Biangloe, menyampaikan ucapan terima kasih pada pihak penyelenggara acara yang sangat baik ini bagi petani. "Sekiranya bisa dilaksanakan selama 5 hari penuh akan lebih baik lagi sehingga bisa lebih mendalam pada setiap materi yang diberikan" pintanya.


Ketua UPTD BBD Kab. Bantaeng -Muhammah Herman Nur- dalam pidato penutupannya menekankan "Kegiatan ini merupakan kerjasama yang baik antara BPPT dengan Pemda Kab. Bantaeng khususnya Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Bantaeng. Para produsen benih diharapkan dapat memanfaatkan ilmu yang telah diberikan dan nantinya dapat bersinergi dengan pihak terkait di Bantaeng untuk mencapai target capaian produksi benih dan berjalan seiring dengan Technopark Bantaeng" pungkasnya.

Sabtu, 22 Oktober 2016

GELAR ACARA DISEMINASI TEKNOLGI PENGOLAHAN PANGAN

Sambutan Ketua Tim Pelaksana Technopark Bantaeng, Bpk. Prof. Dr. Syamsu Alam dalam Acara Diseminasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan dan Pangan Lokal


Bantaeng 20 Oktober 2016

Dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis pengolahan dan penganekaragaman produk,  Tim Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) – BPPT,  Program Pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP), Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3), dan Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng menyelenggarakan kegiatan pelatihan / demo produk olahan yang ditujukan kepada sekitar 25 orang yang terdiri pelaku usaha pemula, kelompok usaha bersama (KUB), dan kelompok wanita tani (KWT) khususnya bidang usaha olahan hasil perikanan dan olahan pangan berbahan baku lokal.

Koordinator kegiatan Penerapan Inovasi Teknologi Pasca Panen, Program Pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng, M. Jusuf Djafar, mengungkapkan kegiatan pelatihan sehari ini merupakan wujud dari salah satu target kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2016 ini yakni meningkatkan pemanfaatan teknologi pengolahan hasil dan meningkatnya keragaman produk olahan. Melalui kegiatan pelatihan sehari ini, saya berharap akan dapat menciptakan peluang usaha baru bagi calon-calon pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT) dan menghasilkan produk olahan inovatif yang bisa menjadi “icon” produk olahan Bantaeng.

Rabu, 12 Oktober 2016

LANGKAH STRATEGIS PENGEMBANGAN KAWASAN TECHNOPARK BANTAENG

Technopark adalah sebuah kawasan (daerah) dimana teknologi ditampilkan (diperagakan), dikembangkan dan dikomersialkan. Stakeholder dari sebuah Technopark umumnya adalah Pemerintah (biasanya Pemerintah Daerah), Peneliti (Akademisi), Bisnis dan Keuangan berikut Komunitasnya.  Secara garis besar ada 2 (dua) bisnis yang akan berjalan didalam Technopark, pertama adalah bisnis properti yaitu pemanfaatan gedung dan semua fasilitas yang ada dan yang kedua adalah bisnis kontennya yaitu layanan teknologi (R & D) dan jasa yang memberikan nilai tambah. Tujuan utamanya adalah meningkatkan daya saing daerah, menumbuhkan budaya inovasi,meningkatkan mutu,mengorganisir perpindahan IPTEK dari Universitas/Lembaga penelitian ke Industri sehingga mendorong terwujudnya aktivitas inovasi. Adapun langkah strategis yang akan ditempuh dalam pengembangan kawasan Technopark Bantaeng sebagai pusat perbenihan Indonesia bagian timur yaitu dengan mendekatkan lembaga penelitian ,lembaga pendidikan dan Industri wisata yang dapat meningkatkan peran teknologi informasi (TIK)/multimedia dalam memperkenalkan kawasan Technopark ketingkat Nasional/Internasional sebagai salah satu bentuk kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Selasa, 11 Oktober 2016

PENDIDIKAN VOKASI PERBENIHAN SETARA D-1 DI TECHNOPARK


Bantaeng 5 Oktober 2016

Pada hari Rabu, tanggal 5 Oktober 2016 bertempat di Ruang Pola-Kantor Bupati Bantaeng dengan disaksikan Wakil Bupati Bantaeng, jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, para Camat, para Lurah dan komunitas masyarakat menjadi momen yang sangat bersejarah bagi Kabupaten Bantaeng, maupun kegiatan Technopark BPPT di Bantaeng. Pada momen tersebut, telah ditandatangani, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bantaeng, Institut Pertanian Bogor dan BPPT mengenai  Pendidikan Vokasi Berkelanjutan di Bidang Perbenihan.

Tujuan pendirian program Vokasi ini adalah menghasilkan tenaga-tenaga ahli pratama yang terampil di bidang perbenihan, inovatif, siap pakai, berkualitas, memiliki kemampuan mengikuti perubahan zaman seperti menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat pendukung pemasaran, mengenali perubahan iklim dan lain-lain

Saat ini dilakukan pembukaan pendaftaran bagi calon mahasiswa Pendidikan vokasi yang selanjutnya,perkuliahan akan dimulai pada pertengahan bulan November 2016.  Pendidikan vokasi ini ditargetkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, dan memunculkan pengusaha-pengusaha baru di bidang perbenihan

VARIETAS JAGUNG BPPT DI KAWASAN TECHNOPARK

Panen Jagung BR4 BPPT di Bombong Kab.Bantaeng, dari kiri kekanan Bp.Sutardjo (KP Technopark), Bp.Syamsu Alam (Ka.Bappeda),Bp.Zainuddin (Ka.Dinas Pertanian), Bp.Arief (Dir.PTPP-BPPT), Bp.Bagus (IPB),Bp.Herman (UPTD Benih)

Bantaeng, 5 Oktober 2016

Salah satu visi Kabupaten Bantaeng adalah menjadi Pusat Benih khususnya Sulawesi Selatan, umumnya untuk Indonesia Bagian Timur. Selaras dengan program pemerintah saat ini yang akan mengembangkan technopark di daerah, maka pengembangan technopark di Kabupaten Bantaeng diarahkan menjadi Kawasan Penghasil Benih. Salah satu benih yang akan  dikembangkan di kabupaten Bantaeng adalah benih tanaman jagung. Untuk mewujudkan visi tersebut, pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2016 di Dusun Bombong Desa Biangkeke, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng dengan dihadiri Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng, Direktur Program Diploma IPB, Kepala Bappeda Kabupaten Bantaeng, Kepala UPTD Perbenihan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng telah dilakukan panen perdana  varietas tanaman jagung hasil kajian BPPT yaitu varietas BR-4 dan BI-3. Pemanenan perdana tersebut dilakukan dalam rangka uji preferensi jagung di masyarakat.

Keunggulan varietas tersebut, adalah genjah yaitu memiliki umur panen yang  pendek sekitar 85 hari, tahan penyakit bulai, potensi produksi di atas 10 ton pipilan kering per-hektar. Keunggulan tersebut, dibandingkan dengan varietas jagung yang rata rata berumur sekitar 110-120 hari, akan menghemat waktu dan biaya pemeliharaan bagi petani. Jeda waktu  yang panjang sejak panen jagung dan masuknya musim tanam padi, memberikan keleluasaan bagi petani untuk menyiapkan pertanaman padi lahan  saat pergantian musim tanaman

Selasa, 20 September 2016

BPPT PERAKIT BENIH UNTUK TECHNOPARK BANTAENG ??

by Ahmad Suhendra , dkk
MENGAPA MAYORITAS BENIH YANG DIHASILKAN DI TECHNOPARK BANTAENG BUKAN DIRAKIT OLEH BPPT?


Salah satu fungsi Technopark Bantaeng adalah mendekatkan/menarik inovasi/penelitian dari institusi (perguruan tinggi/lembaga Penelitian), sehingga dapat  mempercepat aktivitas inovasi para Technopreneur dalam pengembangan produk dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan inovasi tersebut ke produk yang dapat dipasarkan secara komersial. Pernyataan ini menjawab pertanyaan dari berbagai pihak mengenai benih yang dihasilkan oleh Technopark Bantaeng. Technopark Bantaeng menarik inovasi benih dan menjalin kemitraaan dari berbagai institusi sehingga komersialisasinya diharapkan  dapat meningkatkan pendapatan  para technopreneur/wirausahawan  dan menggerakan perekonomian Daerah. BPPT berperan untuk membantu proses kelahiran technopark di Bantaeng dengan mengkaji sekaligus memberikan diseminasi teknologi dalam berbagai bidang, utamanya benih. Teknologi produksi benih tidak hanya melulu pada benih itu sendiri namun juga pada hal-hal yang mendukung pertumbuhan optimum dari benih tersebut. Teknologi budidaya dengan segala aspeknya merupakan hal tak terpisahkan.

(Ref.Deborah J. Jackson ,What is an Innovation Ecosystem? 
National Science Foundation, Arlington, VA )

Dan tujuan yang paling jelas dari pemerintahan Jokowi saat ini bahwa dana yg ditanamkan pada kegiatan inovasi di Technopark , mampu menempatkan ekonomi daerah ke dalam fase pertumbuhan sehingga meningkatkan pendapatan dari sektor pajak

Sabtu, 17 September 2016

Kunjungan penyerapan pandangan dari Tim Kementerian Sekretariat Negara RI ke Technopark Bantaeng

Kunjungan Tim Kementerian Sekretariat Negara , dalam rangka peneyerapan pandangan tentang Technopark Bantaeng (10 Agustus 2106). Adapun catatan penyerapan pandangan selama diskusi dan kunjungan ke lokasi :  
1).Technopark harus diisi orang orang profesional yg tidak terikat struktur birokrasi seperti ASN (menjadi masukan bagi tim ), 
2).kegiatan -kegiatan inovatif di TP Bantaeng ( teknologi pembenihan dan pengolahan pangan)  sebagai bekal  bisnis bagi technopreneur/PPBT sudah sesuai dengan ke inginan Bp.Jokowi. 
3).Merek pada kemasan produk agar di daftarkan sebagai HKI,

Logo/identitas Technopark Bantaeng


Alhamdulilah, dari lomba logo yang di adakan tim technopark bantaeng dari sebuah situs yg cukup dikenal bagi para disainer logo, terpilih logo seperti gambar diatas . logo tesebut secara keseluruhan tersusun dari bentuk dasar 8 sisi yang dimaknai sebagai kota BANTAENG (8 Kecamatan) secara keseluruhan, dengan sentuhan teknologi dan tanaman (pusat benih) yang menyatu menandakan logo ini memberikan kesan TECHNOPARK . Mudah mudahan dengan logo , fungsi dan cita cita besar Technopark bantaeng sebagai pusat benih unggul Indonesia Bagian Timur bisa terwujud

Sabtu, 27 Agustus 2016

Kunjungan kerja anggota DPR RI komisi VII dan Rorenkeu BPPT ke Technopark Bantaeng

Bantaeng 24.08.2016





Kunjungan kerja anggota DPR RI Komisi VII Bp.Mukhtar Tompo bersama rombongan Rorenkeu BPPT ke Technopark Bantaeng  Sulawesi Selatan. Sambutan/jamuan yang bersahabat dan hangat diberikan tuan rumah Kepala Bappeda / Koordinator tim kerja Technopark Bantaeng (Bp.Syamsu Alam) yang mewakili Bupati Kab.Bantaeng yang selalu menemani rombongan meninjau ke beberapa lokasi kegiatan Technopark.

Dalam wawancara dengan tim dari BPPT yaitu Direktur PTPP-BPPT/Penanggung jawab kegiatan Technopark Bantaeng di BPPT , Kepala Rorenkeu BPPT dan Kepala Program Technopark Bantaeng di BPPT. Anggota DPR RI (Bp.Mukhtar Tompo) menyatakan Bahwa apa yang di gaungkan Bp.Jokowi (tentang technopark), ternyata sudah dilakukan di sini dan memang seharusnya pembangunan itu berdasarkan riset. Diharapkan Technopark Bantaeng menjadi contoh dan lokomotif pembangunan di Sulawesi Selatan serta dapat menjadi ikon Nasional.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Pabrik Pupuk SRF, kemudian ke Dusun Bombong Desa Biangkeke Kec. Pa'jukukang untuk melihat 7 (tujuh) varietas padi yaitu IPB 3 S ,IPB 4, Mugibat, Diah Suci, Bestari dan Inpari 23 serta  Mamberamo dan melakukan panen perdana secara seremonial oleh Anggota DPR RI Komisi VII (Bp.Mukhtar Tompo), Direktur PTPP-BPPT (Bp.Arief Arianto), Kepala Bappeda (Bp.Syamsu Alam), Kepala Badan Ketahanan Pangan (Ibu.Rita), Kepala UPTD benih padi (Bp.Herman) dan Kepala Rorenkeu BPPT (Bp.Makmuri) serta Kepala Program Technopark Bantaeng di BPPT (Bp.Sutardjo). Selanjutnya rombongan mengunjungi Balai Benih Ikan di Rappoa yang dipandu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Bp.Dimiati Nongpa) dan ke sentra pengolahan rumput laut untuk mencicipi berbagai macam produk olahan dari rumput laut.

Kunjungan Bp.Hajrial pemulia tanaman padi IPB 3 S dan IPB 4 S serta panen perdana hasil uji preferensi 7 varietas padi di Technopark Bantaeng

Bantaeng 23.08.2016






Salah satu fungsi dari Technopark adalah membangun link dengan perguruan tinggi, dan kunjungan Bp.Hajrial dari IPB sebagai pemulia tanaman (bibit) padi merupakan perwujudan dari fungsi technopark tersebut. Dalam kunjungannya ke Lembang, Bantaeng, Bp.Hajrial mengungkapkan rasa senangnya bertemu para petani dan PPL pertanian tanaman padi dan menjelaskan beberapa keunggulan varietas IPB 3S , kisaran produksi 7.04-10.23 ton/ha GKG dan IPB 4S kisaran produksi 7.02-10.5 ton/ha GKG serta keunggulan lainnya adalah tidak memerlukan banyak air (cukup macak macak saja).

Diserahkannya varietas IPB 3S dan IPB 4S (label kuning)  oleh pemulianya kepada Technopark Bantaeng merupakan berkah tersendiri terutama bagi masyarakat petani padi kabupaten Bantaeng. Dalam kunjungan ini juga dilakukan panen perdana oleh Kepala Bappeda/Koordinator tim kerja Technopark Bantaeng (Bp.Syamsul Alam), Direktur PTPP/Penanggung jawab kegiatan Technopark Bantaeng di BPPT  (Bp.Arief Arianto), Pemulia padi var,IPB 3S/4S (Bp.Hajrial), Kepala Badan Ketahanan Pangan (Ibu.Rita), Kepala Program Technopark Bantaeng di BPPT (Bp.Sutardjo) dan Kepala UPTD benih padi (Bp.Herman). Nantinya benih hasil panen ini masih harus ditanam kembali sebanyak 2 (dua) kali agar benih ini dapat disebar ke petani untuk dijadikan sebagai benih produksi (untuk konsumsi).  Dari 5 kg benih sumber akan dihasilkan benih untuk ditanam sekitar 100 hektar tanaman padi produksi (sekitar 2.000 kg benih sebar).

Sabtu, 13 Agustus 2016

KERAMBA JARING APUNG MARINE TILAPIA (TECHNOPARK BANTAENG-BPPT)



Ketahanan pangan  tercapai jika semua individu, setiap saat, mempunyai akses secara fisik dan finansial untuk mendapatkan pangan yang cukup, aman dan bergizi serta sesuai selera untuk dapat hidup sehat dan aktif (FAO, 1996).  Dalam periode pemerintahan Kabinet Kerja , ketahanan pangan menjadi salah satu program prioritas nasional, dimana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ditetapkan sebagai salah satu instansi pelaksananya melalui pembangunan Technopark berbasis pertanian, peternakan dan perikanan.

Pada tahun 2013, BPPT telah berhasil mengembangkan strain/varietas  ikan nila yang toleran terhadap perairan payau maupun laut dengan salinitas > 20 ppt,.  Melalui SK menteri  no. 22/KEPMEN-KP/2014 varietas ikan nila tersebut sudah dapat disebar-luaskan ke masyarakat dan diberi nama SALINA (Saline Indonesian Tilapia). Ikan nila Salina merupakan nila hibrida yang warna tubuhnya dominan merah. Ikan nila Salina dapat menjadi salah satu jenis/varietas ikan andalan untuk mengatasi hambatan pengembangan budidaya dan peningkatan produksi perikanan di kawasan pertambakan.  Melalui proses adaptasi, benih ikan nila Salina dapat hidup dan tumbuh di lingkungan perairan laut dengan salinitas sekitar 32 ppt. Peningkatan daya adaptasi ikan nila Salina untuk dapat dibesarkan di lingkungan laut memberikan peluang untuk pengembangan budidaya laut di keramba jaring apung, karena benih ikan nila Salina lebih mudah diproduksi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Walaupun demikian, diperlukan kajian pada proses adaptasi ikan nila Salina menjadi nila laut (Marine tilapia) agar sediaan benih nila laut dapat kontinue sepanjang tahun. Proses pembesaran di KJA laut untuk ikan nila laut juga perlu dikaji karena perubahan musim akan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan (air) yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap aktivitas budidaya ikan nila (Marine Tilapia).

Selasa, 03 Mei 2016

Kunjungan Kerja Tim dari Balai Benih Loka Kab.Bantaeng

02 Mei 2016

Hari Senin 02 Mei 2016. Kunjungan kerja tim dari Balai Benih Loka Kab.Bantaeng yang di pimpin kepala Laboratoium Bp.Badawi ke Laboratoria Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika (LAPTIAB) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Puspiptek Tengerang,Ada beberapa pusat yang terlibat dalam kegiatan di LAPTIAB tersebut salah satunya adalah  Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP). Pada kunjungan ini pihak Balai Benih Loka berdiskusi tentang tindak lanjut kerjasama antara PTPP (Technopark Bantaeng) dan Balai benih Loka tentang perbenihan kentang.

Pihak Balai Benih Loka  yang di wakili Bp.Badawi , menyatakan ke inginannya agar pihak PTPP dapat membantu penguatan SDM mereka karena banyak hal teknis yang perlu mendapat perhatian misalnya masalah sterilisasi dimana tingkat  kontaminasi masih cukup tinggi >50%, formulasi media tanam yang belum optimal, peningkatan keterampilan teknik perbanyakan ( kultur jaringan ) serta aklimatisasi. Pada kesempatan ini Kepala Lab.PTPP, Bp.Nasir Rofiq menjelaskan bahwa banyak kegiatan yang dilakukan di laboratorium dari teknik produksi, budidaya dan perbenihan dari komoditas ternak, ikan dan tanaman. Selanjutnya Insinyur Kepala,Technopark (TP)  Bantaeng BPPT, Bp Ahmad Suhendra menyatakan bahwa salah satu kegiatan yg ada di TP tahun 2016 ini adalah perbenihan kentang bebas virus yang kegiatannya akan dilaksanakan  di Balai Benih Loka dan merupakan  bentuk kegiatan penguatan SDM yang ada di sana.

Pada kunjungan ke fasilitas laboratorium yang di pandu oleh Ibu.Winda Nawfetrias, Bp.Eka Nurhangga dan Ibu.Nadia,  di jelaskaan tentang peralatan peralatan laboratorium  yang digunakan dan perbanyakkan tanaman melalui teknik kultur jaringan yang telah dihasilkan seperti ; kentang, pisang, satoimo, anggrek hitam, cendana, gaharu dsb, serta kunjungan ke fasilitas rumah kaca (kegiatan aklimatisasi).




Rabu, 27 April 2016

PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJASAMA (PKS) ANTARA TIM TECHNOPARK BANTAENG BPPT DENGAN SKPD DI KABUPATEN BANTAENG , SULAWESI SELATAN

20 April 2016

Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dilakasanakan  pada hari Rabu pagi,  20 April 2016 di Ruang Pola Kantor Bupati Kabupaten Bantaeng terdiri dari 14 PKS antara Tim Technopark Banteng BPPT dengan Satuan Kerja Perangkat Dearah (SKPD) Kabupaten Bantaeng yang mewakili setiap kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 ini di Technopark Bantaeng.

Kepala Program Pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng ,  Bp.Sutardjo  dalam presentasinya sebelum penandatangan PKS mengatakan bahwa pembentukan Kelembagaan dan wadah kegiatan Technopark Bantaeng, harus segera diwujudkan agar Technopark dapat menjalankan fungsinya yaitu dapat mempercepat pengembangan produk inovasi yang dihasilkan menjadi produk yang menguntungkan sehingga tercipta sejumlah technopreneur / PPBT (Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi)  yang mengoptimalkan berbagai potensi perkembangan teknologi yang ada  di technopark sebagai basis pengembangan usaha yang di jalankannya, dan menarik perusahaan yang sudah mapan (Bisnis koheren) untuk bergabung didalam Technopark Bantaeng

Jumat, 15 April 2016

Pembahasan Draft Perjanjian Kerjasama antara BPPT dan BAPPEDA/SKPD Kab.Bantaeng Sulawesi Selatan tentang Kegiatan di Technopark Bantaeng



Pembahasan perpanjangan perjanjian kerjasama (PKS) antara BPPT dan BAPPEDA/SKPD Kab.Bantaeng, pada hari jum'at15 April 2016 bertujuan untuk menguatkan/menyinergikan kekuatan yang ada baik dana, teknologi maupun kebijakan/peraturan yg mendukung  kemajuan kegiatan di Technopark Bantaeng. Adapun rencana kegiatan Technopark Bantaeng Tahun 2016 adalah :

1.    Finalisasi Masterplan dan DED
2.    Sistim perijinan usaha perbenihan
3.    Pembentukan wadah bagi embrio kelembagaan TP Bantaeng
4.    Sistim pembiayaan bagi Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)
5.    Penguatan Sumber Daya Usaha PPBT
6.    Pembentukan Model Kluster Industri
7.    Pembangunan PLTMH 40 KW
8.    Penguatan Sumber Daya Manusia melalui kerjasama R & D
9.    Mendapatkan lisensi produksi benih jagung dan padi
10.  Uji optimasi dan preferensi  varietas jagung dan padi
11.  Perbaikan kualitas benih dan induk ikan nila
12.  Perbaikan kualitas bibit rumput laut
13.  Perbaikan kualitas bibit satoimo
14.  kualitas pangan olahan berbahan ikan/rumput laut
15.  Perbaikan kualitas bibit kentang
16.  Reproduksi ternak ruminansia dan pembuatan pakan ternak
17.  Produksi pupuk hayati organik
18.  Penerapan kajian tekno ekonomi/rugi laba untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan produksi benih,bibit,pupuk dan pangan olahan (pasca panen)

Kamis, 24 Maret 2016

Taman Teknologi (Technopark), Proyek atau sekadar Amal

Dalam Nawa Cita di butir yang keenam jelas dibunyikan bahwa ‘Kami akan membangun sejumlah science dan technopark di daerah dengan sarana dan prasarana berteknologi terkini’. Harapan itu ditindaklanjuti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang membangun 100 technopark di kabupaten/kota dan 35 science park di provinsi sebagai upaya meningkatkan produktivitas dalam negeri berbasis nilai tambah

Tetapi jangan sampai Nawa Cita menjadi kabur dan kekhawatiran semakin menumpuk tatkala pembangunan STP ini dianggap sebagai bagian dari charity negara. Akibatnya, setiap infrastruktur yang telah terbangun menjadi mangkrak karena pola pikir based project dalam pelaksanaannya. Siapa pun sampai saat ini boleh memberikan penyebutan idiom STP seperti research park, science park, science centre, technopark, technopolis, incubation centre, innovation cluster, dan sebagainya. Diperlukan kesepahaman mengenai pengertian STP sehingga jelas arah pengembangannya. Tidak mungkin STP dibangun dengan model simsalabim. ‘Dia’ harus dibangun melalui suatu kelembagaan yang jelas, melalui proses yang cukup panjang agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

STP minimal harus memainkan tiga peran utama, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan pemula berbasis teknologi serta menumbuhkan cluster industri atau menarik industri ke dalam kawasan. Diharapkan, ekosistem inovasi benar-benar bisa terwujud dengan aktor utama Quadruple Helix (academic, business, government, and community/ABGC). Jika suatu kawasan tidak memainkan tiga peran utama tersebut diatas dan tidak menciptakan ekosistem inovasi, kawasan itu belum bisa disebut sebagai STP. Di STP diperlukan adanya rencana dan kebijakan jangka panjang pengembangan riset (peta jalan penelitian), penyediaan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan riset, pengembangan, dan bisnis teknologi yang berkelanjutan serta link yang kuat antara Perguruan Tinggi, Industri, dan Pemerintah.

Selasa, 15 Maret 2016

Menumbuhkan Budaya Inovasi (kreatif) Kepada Pengusaha Pemula

Josh Linkner 
  1. SEMANGAT DAN FOKUS.  Setiap penemuan besar, setiap terobosan medis, dan setiap kemajuan umat manusia dimulai dengan semangat. Sebuah semangat untuk perubahan-untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Sebuah semangat untuk berkontribusi-untuk membuat perbedaan. Sebuah semangat untuk menemukan sesuatu yang baru, tetapi semangat saja tidak cukup, harus dibarengi dengan fokus pada tujuan.
  2. TUMBUHKAN KEBERANIAN. Tindakan kreativitas adalah salah satu ekspresi diri. Seorang karyawan yang menjalankan detail kecil  pekerjaan selalu minta persetujuan atasannya akan menjadi cepat mati rasa sebelum menuju proses kreatif. Kuncinya adalah untuk memberikan pesan yang jelas tentang apa hasil yang ingin dicapai atau apa masalah yang ingin dipecahkan. Biarkan mereka melakukan pekerjaan terbaik mereka.
  3. BERIKAN KEBEBASAN. Memberikan kebebasan untuk berkreatifitas,  tanpa rasa takut yang berlebihan untuk  mengambil risiko.  Jadi , katakan apa yang dipikirkan, walaupun itu adalah kontroversial
  4. TIDAK TAKUT GAGAL. Hampir setiap inovasi terobosan dalam sejarah datang setelah tak terhitung jumlahnya kemunduran, kesalahan, dan kegagalan. Inovator besar dan berprestasi tidak selalu lebih pintar atau lebih berbakat. Mereka hanya membuang rasa takut gagal dan terus berusaha. Mereka tidak membiarkan kemunduran atau menghentikan rasa ingin tahu dari imajinasi mereka.
  5. KECIL TIDAK SELALU BURUK.  Perusahaan kecil cenderung lebih penasaran dan gesit. Mereka memiliki keinginan yang kuat  dan tidak takut untuk merangkul perubahan. Sebaliknya, organisasi/perusahaan yang besar sering berupaya untuk melindungi ide-ide sebelumnya bukan untuk membuat yang baru
  6. KERAGAMAN.  Ziba, sebuah perusahaan inovasi-konsultasi papan atas di Portland, memaksimalkan nilai tenaga kerja yang beragam. 120 karyawan perusahaan berasal dari 18 negara yang berbeda dan berbicara 26 bahasa. Menurut Sohrab Vossoughi, Pemimpin dan pendiri perusahaan, bahwa : keanekaragaman genetik melahirkan kreativitas, seperti halnya dengan biologi dan keragaman pemikiran merupakan bahan bakar bagi kreativitas . Pengalaman satu orang bekerja di sebuah perusahaan besar mungkin akan menyatu dengan pengalaman orang lain yang tumbuh di sebuah desa kecil, untuk memunculkan sebuah  ide segar


Josh Linkner adalah pengusaha, kapitalis ventura, profesor, dan penulis di The New York 


Minggu, 13 Maret 2016

Faktor Kritis Yang Menentukan Keberhasilan Sebuah Technopark

  1. KEPEMIMPINAN YANG KUAT. Pemimpin Technopark memiliki visi jauh kedepan, keputusan yang dibuat kuat/bertenaga  dan merupakan pribadi yang berpengaruh di lingkungan pelaku (Aktor dalam Technopark)  yang dapat mengejawantahkan (embodying) antara akademisi , industri, rencana jangka panjang dan manajemen yang baik.
  2. BUDAYA WIRAUSAHA. Tiga Pelaku dalam Technopark yaitu Akademisi, Pengusaha dan Pemerintah (Model inovasi Triple Helix) memiliki perbedaan budaya , sehingga perlu dilakukan perubahan yang mengarah kepada budaya entrepreneurial (Kewirausahaan).
  3. IDENTITAS. Memilki identitas yang jelas,diungkapkan secara simbolis sebagai nama Technopark atau logo  dsb.
  4. RENCANA JANGKA PANJANG. Memiliki manajemen dengan rencana pembangunan ekonomi jangka panjang yang mengacu kepada pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi teknologi sesuai fokus dari Technopark.
  5. REGULATOR.  Komitmen dan dukungan pemerintah (pusat/daerah), membantu perakitan dan pemeliharaan aset inti seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan unsur-unsur utama dari infrastruktur publik . Bantuan politis untuk menyakinkan DPR/DPRD dalam hal pendanaan  terutama pada saat awal pendirian sebuah Technopark yang diharapkan akan berkurang dari waktu ke waktu sampai ke titik di mana masing-masing technopark dapat mandiri secara finansial. Pemerintah juga berperan dalam pemeliharaan fasilitas-fasilitas utama seperti laboratorium dan infrastruktur penunjang.
  6. LINGKUNGAN. Technopark harus menyediakan lingkungan bisnis yang terbaik, termasuk infrastruktur dan layanan dari berbagai jenis fasilitas pendukung, seperti fasilitas parkir ,ruang kantor ,layanan internet , informasi pasar dsb.
  7. NETWORKING. Technopark tidak dapat berkembang sendiri, sehingga perlu terhubung ke organisasi-organisasi luar yang mendukung perkembangannya. Tergantung pada fokus sebuah Technopark dan para stakeholder yang dapat mencakup pemerintah pusat/daerah (regulator), lembaga pendidikan, inkubator, penyedia layanan dan asosiasi perdagangan.
  8. TARGET dan KOHERENITAS. Identifikasi target pasar yang jelas akan membantu penyewa dan administrasi Technopark untuk mengerti permasalahan dan peluang bisnis yang ada. Mampu memilih maupun menolak perusahan yang akan bergabung di Technopark berdasarkan koherenitas (bertalian secara logis) dengan identitas Technopark.
  9. INSENTIF. Adanya insentif bagi para penyewa di Technopark, seperti insentif pajak, keringanan sewa, bantuan pembayaran gaji pegawai bagi perusahaan pemula/Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), insentif R&D, bantuan pemasaran dan manajerial.
  10. PERUSAHAAN MAPAN. Keterlibatan beberapa perusahaan besar yang sudah mapan, baik sebagai sumber pendanaan, bantuan tenaga ahli pemasaran, maupun sebagai sponsor pada acara acara tertentu
  11. HUKUM. Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual baik berupa merek dagang, proses produksi, melalui paten atau cara keamanan lainnya.
  12. KLASTER INDUSTRI. Perusahaan-perusahaan berbeda yang tertarik pada sebuah Technopark dapat dikelompokkan dalam klaster tergantung pada pelanggan yang mereka layani atau solusi teknologi yang mereka sediakan. Sebagai contoh, sebuah klaster Industri perbenihan  jagung bisa melayani kebutuhan benih industri jagung untuk pakan ternak/pangan, jasa konsultasi teknik budidaya dsb.  Perusahaan yang tergabung dalam klaster industri biasanya adalah pemasok khusus, penyedia R & D yang berhubungan secara geografis atau yang memiliki pelanggan yang sama. Koneksi ini membuat ekosistem yang kuat di mana secara kelompok (klaster) tentunya lebih kuat daripada berdiri sendiri.
  13. LAYANAN SATU ATAP. Diperlukan kemudahan administrasi dalam sistim layanan satu atap (one stop service) misalnya: ijin usaha, sertifikasi benih, sertifikasi halal, eko label ,ekspor impor, pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dsb yang disesuaikan dengan fokus Technopark.